Opening FIM 13 : Elmir Amin : “Buatlah Sesuatu!”

Yaap. Ini dia acara pertama FIM. Opening. Sebelum masuk ruangan. Kita dikumpulin di depan pintu. Pintu dijaga sama tiga orang. Udah kaya demonstran di depan ruang rektor deh. Dari luar, suara musik upbeat mulai berdentum. Pintu dibuka. Seinor FIM bikin lorong barisan nyambut kita masuk. Mereka lompat-lompat, tepuk tangan ngikuti irama musik. Suasana meriah banget. nyaris gaduh. Sambutan luar biasaaaa! Wow, atmosfernya kaya konser! Mata jeger. Badan berasa kebakar. Great First Impression. WOW! Masih ngos-ngosan. Kita disambut sama Bapak Elmir Amin. Founder Forum Indonesia Muda.
“Selamat, buat kalian, pemuda terpilih, 128 dari 2053 pendaftar”
. Pak Elmir ngajak Bunda Tatty dan ibunya. Ya, sang ibu, nenek yang usianya mungkin udah hampir 80 tahun. Dari kursi paling depan, bisa kedengeran ibu dari Pak Elmir nyeletuk,
“Ada-ada ajaaa ini si Elmir”.
“Tadinya FIM 13 sempet mau nggak diadakan”. Semua peserta langsung protes. Paling kenceng tuh kedengeran dari anak timur (Maluku, Gorontalo, Makassar). Kata Pak Elmir, ngga ada tanggal lain selain tanggal 26-29 Oktober. FIM setiap tahunnya diadain rutin 2 kali. Hari pendidikan sama sumpah pemuda. Nah, sesuai sama judul, Refleksi 84 Tahun Sumpah Pemuda ini, ada yang unik di backdrop kegiatannya. Ada foto sumpah pemuda hitam-putih. Di pojok kanan atas ada ilustrasi nyembelih kambing.
“Nggak heran kalo ada yang curiga FIM itu bikinannya Yahudi. Ngadain kegiatan kok pas Hari Raya”.
Santai banget Pak Elmir cerita. Ngalir. Lanjut, Pak Elmir bilang, FIM ini bisa jadi apa aja. Bisa jadi yahudi, bisa jadi partai, gerakan, terserah kalian deh. Yang penting kata Beliau, kenapa diambil seluruh Indonesia. Beragam suku, agama, latar belakang, supaya bersatu.
“Biar kalian kaya itu tuh (nunjuk foto sumpah pemuda)”
. Semuanya sepakat. Semuanya manggut-manggut.
Beliau cerita darimana FIM ada. Dari obrolan saat beliau dan bunda Tatty masih muda. Sama-sama announcer. Pengen nggerakin anak muda. Ngobrolin keadaan bangsa yang gini-gini aja. Mereka tergerak buat ngga Cuma ngomong. Tapi Do Something. Akhirnya FIM 1 dibentuk. Awalnya masih didominasi mahasiswa dari beberapa kampus di Jakarta. Khususnya UNJ. Pertama kali juga diadain di UNJ. Terus sampai FIM 2, 3, dan seterusnya makin mengakmodir mahasiswa dari berbagai daerah. Sampai akhirnya FIM 9 mulai majemuk. FIM 10 mulai ada peserta dari Papua. Bahkan tokoh muda OPM (Operasi Papua Merdeka). Sempet dapet cerita, kalo peserta ini ikut kegiatan cuma dua hari. Pembicara, Pak Amien Rais ditanya sama dia, “Kenapa saya harus bangga menjadi orang Indonesia? Yang ada hanya mengeruk kekayaan Papua.” Dia terpaksa balik lagi ke Papua, karena lagi dicari-cari. Di derahnya lagi ada kerusuhan. Bener-bener merinding denger ceritanya. Sampai akhirnya FIM 13. Semua daerah ada. Beragam kampus. Bahkan dari Wincounsin University (Australia), National University Singapore (NUS, Singapore), Nangyang Technology University (NTU, Singapore). Latar belakang pendidikan bahkan mahasiswa S2.
“Kebenaran harus ditegakkan, walau sulit”
. Boleh dikata, statement itu yang jadi dasar FIM. Ngumpulin anak muda. Ngumpulin mahasiswa yang bejibun kegiatannya. Ngumpulin anak muda yang peduli sama bangsanya. Bangsa yang butuh kebenaran. Butuh insan penegak kebenaran. Berakar dari keprihatinan atas kondisi bangsa. FIM ingin membentuk pemuda yang sabar, penuh pengorbanan, tidak gampang menyerah, tegar (nggak malu dan nggak penakut).
“Ngapain ngomong aja? Buatlah Sesuatu !”.
Oleh : Lani Pujiastuti.

Komentar