Alhamdulillah, Lani Lulus, Bu :')

Alhamdulillahirobbil'alamiin.
Ibuuu, anak wadonmu yang bandel, petakilan kegiatan dan kelayaban, Lulus :')
Selesai dalam waktu 3 tahun 11 bulan. 
Ini kemampuan maksimalku dan yakin ini waktu yang Allah SWT ijinkan.

Tulisan ini jadi catatanku, biar bisa dikenang dan dijadiin pelajaran di hari-hari nantinya. :)
Sudah afdol rasanya perjalanan mahasiswa -petakilan- tingkat akhir ini ditulis.
Kita tahu kita bisa melakukan sesuatu, setelah kita coba, berusahan dan 'Yes, I can do it'.
Babak baru yang ternyata bener-bener mendewasakan bagi yang sungguh-sungguh berjuang dan akhirnya bisa selesai.

Babak yang perjalanannya sangat ditentukan sama diri kita sendiri. 
Banyak hal ngga terduga bakal ditemuin dari awal sampai akhir.

1. Pembagian dosen.
Dosen enak, okelah. Tapi kalo sebaliknya (over sibuk, otoriter, perfeksionis, jarang ke kampus, revisian lama, sampai dosen bak raja yang harus nurut apapun titahnya) apa jadinya?
Beruntungnya, bisa dapet dosen senior, wawasan luas, dan kuliah beliau materinya asik buat diikutin. Was-wasnya, dosen ini terkenal sibuk berat, 5 taun belakangan ngga ada bimbingan mahasiswa karena baru selesai studi S3 di Malaysia. Jadi, dag-dig-dug juga ngga ada pembanding kakak angkatan.

Ternyataaa, ngga diduga-duga walaupun sibuk, senior, perfeksionis, tapi revisian di tempat (cepet), ngga tanggung-tanggung bagi ilmunya, dan care banget sama anak bimbingannya. Hasil analisis ditolak 5 kali dan revisi pernah sampai beliau ngga mau baca karena berantakan. Terima kasih Dr. Ir. Kusmantoro Edy Sularso, M.S., pembimbing utama skripsiku yang kece. Bimbinganmu yang cetek ilmu dan buta ekonometrik ini dibimbing dengan sabarnya sampai tertantang banget buat terus belajar dan buktiin ke Pak Edy, mahaguru ekonometrika di program studi. :) Pembimbing 2 selalu jadi penyemangat. Kata-katanya selalu positif dan kasih saran-saran. Walaupun tema skripsiku jauuh dari spesidikasi Beliau soal kebijakan, penyuluhan dan komunikasi pertanian. Terima kasih Dr. Ir. Teguh Djuharyanto, M.P. :) Keduanya kombinasi luar biasa.

2. Banyak waktu luang. 
Kesempatan bisa ngembangin hobi atau buat coba cari pengalaman kerja.
Nah, ini godaan yang melenakan. Banyak waktu luang, tetep aja curi-curi buat ikut kegiatan kampus.
Jadi moderator, nonton kegiatan di kampus, sampai diam-diam jadi kesempatan ikut kegiatan sosial di luar kampus. Beruntung masih punya reminder, yaitu Bapak. Hmm, ngga jarang loh yang akhirnya revisian pun ditinggalin satu bulan, dua bulan, sampai baru sadar temen-temennya udah melangkah jauh.

Tahap yang misterius. Ya, setelah diamati, dari program studiku sendiri, angkatan sebelumnya 2009 belum ada separuh yang selesai studinya. 2008 masih banyak juga yang hilir mudik di kampus, bahkan yang biasanya aktif organisasi bareng, sekarang sama sekali ngga pernah keliatan di komplek ruang dosen. Ada yang tetep menikmati hari-hari jadi aktivis di luar kampus atau milih kerja. Hal ini juga terjadi di temenku sendiri. Kita PKL bareng, tapi sekarang dia milih ambil kesempatan kerja di salah satu provider dan sampai sekarang usulan penelitian terbengkalai. 

3. Ngapain lulus cepet-cepet?
Banyak hal bisa dilakuin selama masih jadi mahasiswa. Misalnya manfaatin fasilitas umum dengan tarif mahasiswa. Naik angkot tarif pelajar, ke tempat wisata pake tarif mahasiswa, ngegym di tempat yang disediain kampus, atau pakai atm yang limitnya kecil. Masih bisa terima kiriman dari orang tua tiap bulannya. 
Atau, masih menjaga idealismenya sebagai agen perubahan di tengah masyarakat. Tapi, coba dipikirkan juga opportunity loss nya? 

Coba pertanyaannya diubah, 'Ngapain nunda-nunda?' Satu semester, dua semester, kerasa sebentar banget di kampus. Tapi dampaknya cukup besar. Enak mana, bisa kerja dan nyelesein kewajiban pendidikan ke orang tua secepat kita bisa, atau berlindung di balik status 'mahasiswa' dengan dalih masih muda, takut nganggur? Semua ada pertimbangannya. Jadilah yang terbaik dari dirimu. 

Pertama, umur. Bagi yang kepingin bekerja, hal ini penting buat diperkirakan. Dengan kualifikasi yang sama dengan jutaan pelamar kerja lulusan S1 lainnya, paling tidak umur kita aman buat bersaing. Aman juga buat pindah ke pekerjaan lainnya. Buat yang kepingin wirausaha, semakin muda semakin baik. Sukses semuda mungkin.
Kedua, kesempatan buat lanjut studi. Apalagi kalo kita kepingin ikut seleksi beasiswa. Waktu tempuh studi jadi satu hal yang dipertimbangkan.
Ketiga, lebih banyak hal bisa dilakukan setelah kita bukan lagi mahasiswa.
Mau kerja profesional, kerja sesuai hobi, wirausaha, jadi pegiat sosial, jalan-jalan, naik gunung, petualangan, ke luar negeri *hwaa impian banget. Jelas lebih enak tanpa beban akademik. :)


Begini caraku:

1. Prioritas, Fokus, dan Pasang Target. 

Prioritas. Di akhir semester enam, aku masih asyik di organisasi. Kegiatan pun masih full sampai malem. Orang tua mulai gelisah. Sampai pada titik, aku ditawari pegang tanggung jawab besar selama satu tahun ke depan di organisasi. Kesempatan besar buatku belajar lebih. Saat itu, aku yakin mau terima tawaran itu. Soal tugas akhir, ada waktunya. Ternyata, orang tua punya kehendak lain. Bapak Ibu tahu banget kalo aku ngerjain sesuatu, bakal fokus tumpah darah sama satu hal itu. Rencanaku di tolak mentah-mentah, ditegur keras, sampai Bapak bilang,
"Kamu udah pakai enam semester buat kegiatan, organisasi, orang lain. Bapak selalu dukung. Tapi dua semester ini paling menentukan. Dua semester aja, kasih buat Bapak Ibu dan masa depanmu."

Terbukti, saat itu juga ada undangan kegiatan ke Jakarta, ijinpun ngga dapet, apalagi ongkos transport ke sana. Meleleh tumpaahlah ngga terbendung lagi. Jelas nggak langsung bisa nerima buat 'pensiun dini' dan 'banting setir' sekaligus. Segala rencana, visi, target organisasi aku tutup. 
Ramadhan taun lalu, jadi sarana reflektif. Berhari-hari aku coba diskusi sama temen, seringkali aku tulis, dan renungin sendiri. Setiap semester yang udah dilewatin udah banyak dipake punya buat ngembangin hobi, nambah koneksi, perluas link, kegiatan bermanfaat. 
Tapii, dirasa belum cukup buat mantepin ilmu yang diperoleh dan tentu IPK yang aman.
Butuh konsentrasi dan fokus.

Satu hal yang jadi guideline.  
Ridho orang tua penting banget. Ridho Allah SWT ada di ridho orang tua.
Akhirnyaa, Inshaa Allah pilihan ini nurutin kata orang tua. Pensiun dini. Sama sekali lepas dari organisasi kampus. Target, Juni 2014. *walaupun akhirnya meleset satu bulan karena ulahku sendiri.

Selesai soal itu, datang godaan berikutnya. Di awal proses ini, ada satu fase yang masuk di hidupku. Seorang pria masuk dan nemenin hari-hariku. Walaupun cuma bertahan tiga bulan. Terlena sama hari-hari itu, ngga kerasa temen-temen lain udah mulai pengajuan usulan penelitian. Yap ! terlambat satu bulan lebih dari mereka. Setelah kandas itu, prioritasku jadi akademik, nyusul temen-temen.
Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, usulan penelitian lancar-macet-lancar lagi.
Desember pembagian dosen, Februari acc usulan. Maret selesai penelitian. Naah, setelah itu mulai tertatih-tatih. Denger-denger dosen pembimbing utama lagi sibuk-sibuknya pelaksanaan proyek pengabdian. Ke luar kota, waktunya sempit di kampus, dan hasil penelitianku ngga sesuai dugaan. Sampai bosen mungkin Beliau, karena bimbingannya ini salah-salah terus.

April puncak kesibukan dosenku. Akhir april mulai revisian skripsi. Awal Mei masuk revisi makalah seminar. Saat itu dapet undangan nggantiin temen ke UI buat ikut Journalist Day. Alhamdulillah, mungkin Bapak luluh dan kasihan sama anak yang biasa pecicilan ini udah lama ngga pergi-pergi. Pulang dari kegiatan itu, masih euforia sampai revisi keteteran lagi. Dapet kabar, temen satu bimbingan udah acc buat seminar hasil. *mulai genjot lagi. 5 Juni bisa seminar hasil, 22 Juni ujian skripsi. Setelah itu, dosenku kembali sibuk sama proyeknya karena masuk tahap evaluasi reviewer. Ditambah lagi kecapean dan awal ramadhan harus dirawat di rumah sakit. Kita cuma bisa berencana, Allah yang menentukan.

Hmm, bisa jadi tips. Bergabunglah sama beberapa temen. Bikin kamu sedekat mungkin sama teman yang berpeluang paling besar buat selesai cepat. Bisa sama-sama berjuang, saling ngingetin kalau lagi down, dan jadi agen mata-mata. 'Dosennya udah keliatan belum di kampus?' hehe. Terima kasih dedek widya, mba hana, mas tinto, dan semuanyaa :)

Terima kasih jugaa 'syemooks'. Selalu ada, saling nguatin, dan selalu semangat di kampus kalo ada kaliaaan. *hugs. Terima kasih juga, seorang temen sharing, temen saling support, dan selalu kasih apresiasi meskipun jarak berjauhan :))

2. Minta ridho dan doa orang tua. 

Pakai foto kedua orang tua (keluarga) jadi wallpaper handphone, SELALU.
Sampai selesai tahap ujian pendadaran. Hmm, setelah itu pun tetep kok :)
Ampuh banget buatku. Nyalain hp, liat bapak ibu. Nunggu dosen sambil wifi-an, liat bapak ibu dulu. Kadang liat bapak ngga lewat HP, tapi real di kampus ! hehe. 

Yap, my father is a lecture in the same faculty w/ me. 
Enak ngga sih? Aku jawab, di rumah enak, di kampus ngga enak. Bapak mengajarkan buat selalu obyektif, "Ngga ada yang spesial karena kamu mahasiswa Bapak di kampus, ya." 
Cuma bisa nyembunyiin identitas selama 3 semester, habis itu aku mulai terbuka karena temen-temen mulai banyak yang main ke rumah dan diajar Bapak. 

Enak karena punya panutan dan temen sharing. Bisa jadi jembatan juga buat temen-temen ke bapak atau ke dosen lain. Ngga enak karena apapun yang aku lakuin, akan disangkut-pautin dan berefek ke bapak. Jadi akademiku terpacu, walaupun di sisi lain kampus, aku pecicilan jadi pengurus atau panitia yang pulang ke rumah selalu malem. Soal cap anak papih, numpang nama, diledekin temen atau dosen lain, anggep aja itu bumbu, hiburaaan, just silent and prove it!

Ada cerita lucu di hari pendadaran kemarin. Selesai dicecer pertanyaan penguji, selesailah ujian. Tiba saat pembacaan nilai. Dosen pembimbing utama, yang hari itu jadi penguji, bilang
"Nanti, setelah ini yang dikabari pertama kali, ibumu. Bapakmu nanti aja walaupun lagi gelisah di ruang sekretariat tuh."


3. Yakin 100% Allah SWT dekat, penuh kasih sayang, dan selalu punya cara, bahkan lewat tangan-tangan tidak terlihat.

Di bulan ramadhan ini pun jadi berkah banget. Berdoa sungguh-sungguh, mohon diberi kesehatan, diberi kemampuan untuk berjuang semaksimal kita bisa, semoga Allah SWT berkenan melancarkan dan selesai pada waktu yang baik sesuai kehendak-Nya. Awal ramadhan, temen-temen digerakin buat ngumpulin kertas bekas revisian, pakaian, sepatu, dan tas bekas. Biar diubah jadi uang. Rencana buat pengadaan karpet mushala di Gunung Tugel. Janji Allah sungguh benar. Sedekah itu membuka pintu-pintu kebaikan. 

Urusan kita akan diurus sama Allah kalo kita mengurusi kebaikan orang lain. 2 minggu pengumpulan, ngajak temen-temen sedekah apapun yang dipunya tanpa memberatkan materi. Di luar dugaan, barang yang kekumpul banyaaak banget. Hasilnya cukup bahkan lebih buat pengadaan karpet mushala. Alhamdulillah. Pasca itu, beruntun kabar baik dateng dari temen-temen yang acc penelitian, acc makalah, ujian skripsi, dan marathon 5 orang seminar hasil dalam waktu 2 minggu. Berkah ramadhan.

Mahasiswa petakilan ini termasuk yang paling beruntung, hehe. Alhamdulillah berhasil lancar daftar pendadaran yang segambreng 14 poin syaratnya dan lulus ujian pendadaran Selasa, 22 Juli 2014 kemarin dengan nilai sangat memuaskan. Puji Syukur Yaa Rabb :)

Ngga lebih rajin juga dari 2 orang temen yang udah ujian pendadaran hari sebelumnya. 
Adel, itu mahasiswa penunggu kampus. Dari mulai tukang pel baru siap-siap, sampai pegawai semua udah absen pulang pasti ada adel. Pantang pulang sebelum ketemu dosen. Alhasil, jerih payahnya terbayar. Pertama di angkatanku yang seminar-ujian skripsi-pendadaran :)
Kedua pun sama rajinnya, Mas Tinto. Pemain timnas Faperta juga pegiat karang taruna *calon lurah Kemutug Kidul 2017. Nunggu dosen selalu, mulai paling dulu, rajin cari jurnal dan pustaka. Sempet tertatih jelang seminar hasil, tapii setelah itu pasang NOS dan berhasil seminar-ujian skripsi-pendadaran tepat dalam waktu 1 bulan. Inilah hasil perjuangan jujur, maksimal, dengan cara-cara yang baik *twothumbsup !

Hmm, banyak temen-temen bilang, aku terlalu mulus buat mencapai apa yang dipengenin. 
Akademik, juara lomba, organisasi dari fakultas sampai Indonesia, kegiatan di luar kampus, dagang, lolos ini itu, dapat beasiswa. Tulisan ini sedikit jadi gambaran, setiap hasil pun nggak lepas dari tempaan, cobaan, adaa ajaa krikil-krikilnya. Gagal lagi, bangkit lagi, gagal lagi, coba lagi one more. Alhamdulillah tak kurang satu pun nikmat-Mu. Semoga berkah dan selalu bermanfaat ilmu dan diri ini :)


Terima kasiiih kesayangaan, peluuk satu-satu
(Uu, tyas, widya, sasa, dea, jojo, hana, siwi, sari)

Komentar