Analogi Maroef Sjamsoeddin dengan Agen FBI Johnny Utah di Film Point Break (2015)




Johnny Utah-Point Break (2015) - Source : imdb.com

Presdir Freeport - Maroef Sjamsoeddin - Source : news.detik.com

The newest and most recommended movie yang lagi tayang di bioskop yaitu Point Break (2015). Wahai para movie lovers yang udah nonton film ini, coba inget-inget lagi jalan cerita film keren yang udah kalian tonton ini guys. Pas nonton Point Break, kok langsung terbesit di benak saya kalo Maroef Sjamsoeddin -Presdir Freeport- itu sebenernya mirip banget sama jalan cerita salah satu tokoh utamanya yaitu Johnny Utah (Luke Bracey). 

Johnny, di cerita itu merupakan agen FBI muda. Dia dapet misi membongkar kasus kriminal yang dilakuin sekelompok extreme sport atlet di tiga benua. Johnny rupanya mantan bintang motocross yang juga poliatlet, semacem atlet serba bisa gitu. Especially delapan extreme sport kaya panjat tebing, surfing, seluncur bukit es, terjun payung dan lainnya. Sebelas dua belas lah sama Maroef yang serbabisa di dunia militer. 

Misi pertama Johnny Utah di film itu, buat ngebongkar teka-teki siapa dalang dibalik pembajakan pesawat pembawa duit jutaan dolar di Meksiko. Penyelidikan Johnny mengungkap kasus itu identik sama 8 cobaan Ozaki. Itu semacam penyempurnaan buat pecinta alam dengan aksi olah raga esktrim. Aksi bobol pesawat dan bikin hujan duit di Meksiko adalah cobaan ketiga. Johnny juga akhirnya tau siapa yang harus dikejar, yaitu Bodhi yang diperankan oleh Edgar Ramirez. Kita coba analogikan Bodhi sama Setya Novanto. Anggaplah hujan duit itu sama aja kaya Novanto yang mau bangun gedung DPR baru dan ikut kampanye Trump yang ngga jelas urgencynya. 

Sampai sini, apa hubungaannya Maroef Sjamsooedin sama film Point Break? Nah, kalau yang udah nonton bakal inget adegan di misi keenam. Sampai di misi keenam, Johnny udah diterima di kelompok pemburu cobaan Ozaki dan mulai ngebaca langkah-langkah Bodhi. Itu kaya Maroef udah mulai curiga dan insting mantan wakil Kepala Badan Inteligen Negara (BIN) pun muncul dengan merekam pembicaraan pertemuannya. Langkah itu justru jadi gong pembuka tabir polah papah minta saham.

Maroef hanya jaga-jaga merekam pembicaraan pertemuannya sama Setya Novanto dan M. Riza Chalid. Maroef serahin rekamannya ke Sudirman Said. Lalu Sudirman Said lapor ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Maroef juga nggak tahu kalau Menteri ESDM lapor ke MKD. Satu kalimat cukup tandas di sidang pertama yang dituturkan Maroef cukup jadi pembongkar semuanya, 
"Saya dilantik untuk mengawal Freeport,"
He prove it.

Terus hubungannya sama Point Break? tanyakan saja pada Saudara Pengadu, #pertanyaan MKD. 
Oiya, jadi gatel mau cuap juga soal MKD. Lain kali, seenggaknya kalau jadi anggota MKD, janganlah memberi tontonan menjemukkan buat pemirsa dengan rentetan pertanyaan-pertanyaan 'kepo' macam papa minta saham dibanding mengusut kebenaran rekaman dan pelanggaran kode etik yang udah gamblang banget itu. Sekalian saja tanyakan, 'Saudara pengadu, tolong jelaskan apa motif Saudara melapor, kembang-kembang atau polkadot? #pertanyaanMKD. Atau mungkin nanya kapan saya bisa kurus? sulit dijawab.

Back to Point Break. Let see it. Di misi keenam, Johnny udah diterima sama kelompok yang diincarnya. Kedekatan Johnny sama kelompok incarannya malah jadi dikira membela kelompok yang harusnya jadi sasaran dilaporin ke atasannya di kantor pusat FBI.  Sama kaya pertanyaan kenapa Maroef nggak melaporkan ke KPK? sebab bukan itu aturan mainnya. 

Saat kembali nyamar, Johnny nggak tahu kalau kelompoknya bakal menjalankan cobaan Ozaki berikutnya dengan memulangkan apa yang udah diambil manusia dari muka bumi. Dari atas bukit pertambangan emas, ada cuplikan adegan Johnny ngobrol sama Bodhi. 

Bodhi bilang, "Lihat di bawah sana, 20 tahun mereka ambil kekayaan alam, ada miliaran dollar emas,"
Johnny tanya, "Kau mau mencurinya?"
Bodhi jawab, "Bukan, tapi membebaskannya,"

Rencana mereka mau ngebom bukit dan longsorannya bakal menggulingkan dua truk penuh bermuatan emas. Pas cari-cari dimana lokasi tambang emas di film itu, keyword 'steal' dan 'gold' selalu dicoret, baiklah menjaga kerahasiaan lokasi maybe.

Lah, kalo papa malah minta saham Freeport. 
Sampe bos Freeport Mc Morant, Jim Bob aja bilang, 
"Silahkan kasih saham ke Novanto kalau mau penjarakan saya," 
Presiden sampai komen, "Ora Sudi," 
fyi, kata-kata itu cukup keras dari mulut seorang Jawa lho. 

Nah, apa yang dilakukan Johnny di Point Break identik sama usaha Maroef. Kita liat nih, apa yang dilakukan Johnny? Dia udah dianggap saudara sama Bodhi dan dapet kepuasan dari aksi-aksi ekstremnya, tapi sekarang Johnny anggota FBI yang harus nuntasin misinya. Nah, di film Point Break ini, papa Bodhi nggak minta saham, dia ngincer spiritualitas, pemuasan diri lewat alam gitu. Johnny coba ingetin kalau yang dilakuin Bodhi itu kriminal, bukan lagi kepuasan spiritualitas. 

Saat bom udah kepasang di atas bukit, Johnny dan Bodhi satu mobil mau ngebajak dua truk bermuatan emas. Ada belasan orang petugas yang terancam nyawanya di iring-iringan truk itu. Apa yang dilakuin Johnny? Dia todong senjata ke Bodhi supaya dia batalin ledakin bom. Bodhi kekeh, tombol ditekan dan boom ! runtuhlah bukit. Longsorannya menggulung truk sampai guling-guling di jurang. Emas-emas itu 'bebas'. 

Singkat cerita, misi memburu Bodhi terus berlanjut. Johnny kejar terus jangan sampai ada kejahatan lagi buat nuntasin cobaan Ozaki ke tujuh dan delapan. Endingnya, Bodhi dan Johnny ketemu di cobaan ke delapan saat Johnny kejar sampai ke samudera pasifik. Tepatnya di ombak 50 tahunan. Endingnya, Bodhi menuntaskan Ozaki, dia nyerahin nyawanya dengan surfing di dalam gulungan ombak setinggi 30 meter.

Kesamaan karakter Johnny dengan Presdir Freeport di film ini, mereka sama-sama teguh sama tugasnya. Johnny bisa aja gabung sama kelompok Bodhi karena dapet kepuasan Ozaki juga. Maroef juga bisa juga meladeni kemauan Novanto dan nggak melapor kalau dia mau. 

Lalu gimana ya dengan ending Novanto? Analoginya nih, Bodhi punya jiwa penakluk alam sejati dan milih kembali ke pelukan alam. Lha ini, apa sih yang ada di benak Novanto? tinggal mundur aja kok susah banget. Jujur pak, saya sebagai rakyat biasa kok malu sekali ya sama sikap 'pantang mundur' yang salah kaprah ini? 

Apa akibatnya ya kalo Novanto nggak mundur? Artinya saya tinggal di negara yang menghalalkan kelakuan pemimpin lembaga negara terhormat buat cari keuntungan pribadi. Ikut kampanye Donald Trump aja udah bikin tepok jidat ngeliatnya. 

Sidang-sidang yang Novanto pimpin nggak akan lepas dari cibiran. Masih adakah yang bakal percaya sama ketukan palu Novanto? Kalau saya, nggak mau diwakili sama pemimpin macam itu. Semoga nggak ada lagi sidang yang dipimpin Novanto. Kita nantikan pemimpin baru Dewan Perwakilan Rakyat. 









Komentar