Berburu 'The Best Sunset Ever' di Tangga 300 Mando'o




 Nggak ada abis-abisnya cerita menarik dari Pulau Rote. Pulau paling selatan di Indonesia. Ada satu destinasi kece selain pantai yang disuguhkan dari pulau berpantai eksotis ini. Namanya Tangga 300 Mando'o. 


Destinasi ini terletak agak jauh dari kota Ba'a, tepatnya di Desa Kuli, Kecamatan Lobalain. . Butuh waktu 45 menit buat sampai ke sana dengan medan jalanan nggak selalu mulus. Kadang nemu rombongan sapi yang ngga mau bergeser dari jalan, kelak-kelok dan nanjak bukit barulah sampai ke gerbang bertuliskan 'Obyek Wisata Mando'o'. Jangan ngebayangin kaya obyek wisata pada umumnya yang ramai dan banyak pedagang. Di sini persis di depan gerbang pun jalan berbatu belum teraspal. Perlu siapin minum, makanan atau cemilan dari kota buat bekel di sini. 

Minum dan makanan itu seriously sangat dibutuhkan. Ketauan kan dari namanya tangga 300. Yes, kita bakal naik-naik ke puncak bukit tangga demi tangga. Amazing banget deh kanan kirinya. Ini tuh kaya bukit batu deket rumahnya Wilma sama Flinstone. Bener-bener cuma ada bukit dan tangga yang sengaja dibikin buat memudahkan pegunjung.




Satu per satu tangga kita itung. Beneran 300 nggak nih. Ternyataa, setelah sampai ke tangga ke-300 masih ada tangga dan tangga lagi di depan kita. Fyuh, ini namanya olah raga angkat beban. Beban berat badan sendiri. Sampe di tangga terakhir barulah kita tau ternyata jumlah anak tangganya ada 488 anak tangga. Yes, empat ratus delapan puluh delapan. 



Setelah ngelewatin 488 anak tangga, ngarepnya view yang digadang-gadang keren kuadrat menurut warga Ba'a ini bakal langsung keliatan. No, ngga semudah itu.  Kita masih jalan sedikit buat mencapai spot tertinggi di bukit itu, dikit koook.


Siaaap buat ngeliat pemandangan menakjubkan di depan mata? 

Ini diaaaaa
Hwaaa pengen teriaak, ini indah bangeeet


Bener-bener view 360 derajat. Kita bisa liat laaaaut sejauh mata memandang. Kita bisa liat Kabupaten Rote Ndao yang ternyata beneran terdiri dari puluhan pulau. Laut di sini rupanya berbatasan langsung sama Australia. Jadi saat cuaca cerah kaya gini kita bisa liat di ujung sana ada secuil daratan. Heloooo Aussie :)

Indah banget lautnya yang biru bening, langit biru cerah, bukit yang sebagian masih hijau dan sebagian lainnya gersang. Angin yang bertiup di atas bukit. Hulalalaa nikmat banget. Jam menunjukkan pukul 16.30 WITA pas kita sampai di pucuk bukit ini. Ahh, betah banget rasanya. Mata ini dimanjain banget. Jepretan kamera nggak cukup buat menggambarkan keindahan apa yang direkam sama kedua mata ini. 

Satu rahasia mencengangkan dari adanya 488 anak tangga dan tempat ini. Ada satu orang dibalik semua ini. Who is he?
 


Cornelius B. U. Wanda, Pikul Kantung Semen hingga Pasir Demi Bikin 486 Anak Tangga

Btw, ada satu orang yang nyusulin kita naik ke bukit. Seorang Bapak bertubuh kurus bawa tas selempang dan buku. Setelah saling sapa, namanya Pak Cornelius B.U. Wanda. Dari name tag yang dipakai, beliau ini pengelola obyek wisata Bukit Mando'o. Tapi ada satu kehebatan pria bertubuh kurus ini. Corneliuslah yang membuat 488 anak tangga di tempat ini. Termasuk tempat duduk-duduknya. Warbyasak !


Cornelius cerita kalo dirinya biasa ke tempat ini sewaktu belum dibikin tangga 300. Di puncak bukit ini ada makam. Nah, Cornelius sering ke tempat ini untuk menjenguk sekaligus merawat makam tokoh masyarakat Ba'a ini. Cornelius ngeliat tempat ini indah banget. Warga-warga setempat juga banyak yang berusaha naik sampai ke tempat ini. Akhirnya Cornelius bepikiran buat bikin jalur naik ke puncak bukit Mando'o ini buat para pelancong maupun penduduk yang mau ke makam tokoh Ba'a di sini. 

Bener-bener Cornelius sendiri yang bikin. Dia kumpulin satu demi satu karung semen dan pasir dari sisa-sisa proyek pembangunan di sekitar desanya. Nggak ada dana khusus buat bikin tempat ini. Ya, cuma dari sisa-sisa material proyek aja. Diakui Cornelius, bapak ini butuh waktu berbulan-bulan buat nyelesein tangga-tangga ini. Setelah berjuang setahun, baru kemudian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote Ndao mau ikut turun tangan beli material. Tetep aja Cornelius yang ngerjain. Nggak kebayang gimana caranya bukit batu ini ditanjakin sambil mikul kantong semen. Amazing banget.

The Best Sunset Ever 

Haahh, betaaaah banget rasanya ada di sini. Beruntung banget trip ke sini ditemenin sama staf pemkab yang bisa cerita banyak soal Rote. Bisa tau juga jalan ke sini. Nggak kerasa, udah jam setengah 6 aja. Semua galau, ngga ada penerangan di tempat ini. Termasuk penerangan jalan sampe ke pusat kecamatan. Tapi ngga rela banget melewatkan sunset dari tempat perfect ini. Baiklaahh, kita putuskan buat menanti sang fajar sampai bener-bener kembali ke horisonnya. Sampai titik kecil kuning itu ngga keliatan lagi. Rasanya pengen nari-nari, pengen nyanyi, alhasil jadinya malah begini. 


Selamat kembali ke horisonmu. Selamat menyinari belahan bumi lainnya. Terima kasih atas keindahannya.


Komentar