30 Juli 2010
Di liburan yang cukup berkesan ini.. banyak banget pelajaran yang bisa didapat. Itu semua menyadarkanku betapa banyak harus beryukurnya aku sama Allah swt. Tuhanku Yang Maha Besar. Semua berawal dari sebuah kata yang dinanti semua anak SMA yang telah menempuh Ujian Nasional sebagai upah dari perjuangannya yaitu “LULUS”. syukur yang pertama dan paling besar adalah diijinkannya aku LULUS !. walaupun nilaiku ga sebesar kebahagiaanku dan gak se “cemerlang” teman-temanku.. Tapi rasa puasnya sangat kerasa. Hasil itu merupakan jerih payahku sendiri berjuang melawan rasa malas dan doa orang-orang disekitarku.
Terbentanglah harapan baruku yang dilandasi rasa cinta ku sama Yogakarta. Kota yang sangat menarik buatku. Jadilah berperang untuk menjadi salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada melalui UM 1 UGM 2010. Saat itu, aku putuskan memilih 3 jurusan di IPA. Yakni jurusan Teknik Industri, Teknik Perencanaan wilayah dan Kota, dan terakhir prodi Pembangunan Wilayah Fakultas Geografi. 28 Maret 2010. Hari ujian berjalan lancar dan diakhiri dengan jalan-jalan singkatku bersama kakak tercintaku mas ivan yang masih menyelesaikan studinya di Institut Seni Indonesia. Kita jalan-jalan ke pasar hewan, toko mainan sama barang antik dan ke Mirota.
28 April 2010
Esok merupakan hari pengumuman UM 1 UGM. tapi temen-temen di FB heboh kalau pengumuman sudah dapat diakses. Pukul 22.30 kucoba mengirimkan SMS hasil pengumuman UM. 15 menit kemudian HP bergetar dan tanganku kaku untuk membuka SMS dari nomor pengumuman UM 1 UGM.
Isi SMS itu adalah
“Selamat. Nomor ujian xxxxxxx dinyatakan LOLOS Ujian Masuk Gelombang 1 Universitas Gadjah Mada pada prodi Pembangunan Wilayah Fakultas Geografi. Infomasi daftar ulang dst....”
Kubaca ulang SMS itu. Diam sejenak. Lalu lmpat-lompat gak jelas hingga membangunkan seisi rumah. Seisi rumah bahagia saat itu. Tetapi terbesit raut wajah bingung dari ibuku. Malam itu berakhir dengan pertanyaan “Jurusannya apa tadi? Pembangunan Wilayah?”.
Kurang dari 24 jam kebahagianku berakhir. Atas pertimbangan biaya dan jurusan yang dinilai kurang prospektif. Akhirnya bapakku memutuskan buat dilepas aja UGMnya. Kukubur dalem-dalem harapan yang selangkah lagi jadi kenyataan buat hidup di Jogja. Kecewa. Marah. Putus asa. Itu yang dirasa selama 3 hari. Hingga tiga malam tak nyenyak tidur. Sempat nyesel juga kenapa dulu tetep iseng-iseng buat daftar PMDK UNSOED Agribisnis UNSOED yang akhirnya lolos.
Dengan hati masih berat dan berantakan, aku coba ikhlas. Aku coba buat kejar mimpiku yang lain. Mimpi dari SMP buat kuliah pake seragam. Juga karena biaya pendidikan di IPDN gratis serta ada pendidikannya ikatan dinas. Tak ada yang perlu orang tuaku khawatirkan. Ada rasa kagum tersendiri liat praja Akmil, IPDN, STAN yang pake seragam.
“Aku pengen kaya mereka”, gumamku dalam hati.
Tanggal 19 Mei 2010, mendaftar ke BKD Kabupaten Banyumas untuk mengikuti seleksi Praja IPDN tahu 2010/2011. Bermodal semangat pengen pake seragam dan bikin orang tua bangga tanpa nyusahin mereka, kuikuti semua prosedur mulai dari pendaftaran yang super ribet hingga tes psikologi berhasil dilalui.
Semakin kuat gambaran praja IPDN di kampus Jatinagor gara-gara foto di Website IPDN di www.ipd.ac.id . Keliatan disiplin, tangguh dan gagah dengan seragam putih bersih. Belajar pemerintahan, politik dan kebijakan publik. Tak kuhiraukan kata orang dan televisi akan banyaknya kekerasan dalam proses pendidikan di IPDN. Karena menurutku, di tingkatan SMA pun “Premanisme” itu ada. Apalagi dalam proses pendidikan dengan basis militer yang berdasarkan pendidikan fisik. Hanya saja yang terekam adalah yang terjadi di IPDN.
19 Juni 2010. Aku tiba di Semarang buat mengikuti tes IPDN. Sudah kukubur dalam-dalam bayangan tentang Jogja. Satu kesempatan untuk menjadi mahasiswa UGM (lagi) melalui jalur SNMPTN tak kuikuti karena SNMPTN berlangsung tanggal 17 Juni. Pendidikan universitas di Jogja dan bukan dengan status “pendidikan” -sekolah guru mudahnya-, yang tergolong merakyat ya hanya di UGM. Tanggal 18 Juni merupakan hari daftar ulang UGM. Aku hanya bisa mengucapkan selamat pada teman-teman SMAku yang juga diterima di UGM dan beberapa teman baru di Prodi Pembangunan Wilayah yang aku kenal lewat FB.
Kubangun semangat untuk dua hari kedepan. Untungnya aku punya ibu hebat yang menemaniku selama di Semarang. Segenap hasil latian fisik dan jogging selama 4 bulan dari bulan februari akan ditentukan tanggal 21 Juni. Tapi sebelumnya, untuk menguji keberuntungan dan keinginan mbah supaya aku daftar STAN, aku ikuti USM STAN tanggal 20 Juni 2010. Selama tiga hari di Semarang, aku bersama kawan seperjuanganku, Ade Dwi Farahdilla. Sosok cewe tangguh, sederhana, pinter, aktivis pramuka. Dia teman satu SMAku dan kami sempat satu organisasi di OSIS. Kami sama-sama mengikuti USM STAN dan tes fisik IPDN. Kami saling support dan jujur aku kagum sama Ade. Kagum sama kesederhanaan dan semangatnya. Dia dari keluarga sederhana, datang dengan harapan sekolah gratis, dan semangatnya membara. Dia layak buat jadi praja IPDN. USM STAN lancaar dan bersiap untuk bertempur di tes fisik IPDN.
21 Juni 2010
Bahan dasar hari ini adalah semangat dan doa. Menu hari ini cukup banyak. Mulai dari tes postur, lari 1.6 km, sit up, push up, pull up, chainning/shuttle run. Atmosfer di lapangan menjadi panas dipacu juga iklim persaingan dan udara yang cukup panas di Stadion Diponegoro, Semarang. Terik matahari menambah panas suasana. Di tengah putaran ke 3, energiku terasa terkuras habis dan peluit tanda waktu habis pun berbunyi. Rasanya jauh berbeda dari saat latihan. Kuakui Stadion Susilo Soedarman, Purwokerto jauh lebih bagus dari Stadion Diponegoro, Semarang.
Petangnya, tes berakhir dan dalam hatiku pesimis akan hasil hari ini.
“Maafin lani, Bu”, lirihku dalam hati.
26 juni 2010
Hari ini pengumuman hasil tes fisik IPDN. Hingga sore hari tak ada kabar dari BKD. Mungkin esok hari, pikirku. Esok harinya kucoba untuk melihat pengumuman di BKD. Tak ada namaku. Ya. Aku gagal. Sebulan kemudian, pengumuman USM STAN. Tak juga ada namaku di file pengumuman. Perjuanganku terhenti sampai disini. Ya, berhenti. Sirna sudah angan untuk hidup di Jogja, atau angan untuk mengenakan seragam putih bersih dan merantau ke Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Kembalilah aku di Purwokerto dan akan menetap di Purwokerto untuk meneruskan pendidikanku di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis.
Aku tak akan berhenti sampai disini !
Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah diraih, namun kegagalan yang telah Anda hadapi, dan keberanian yang membuat Anda tetap berjuang melawan rintangan yang datang bertubi-tubi (Orison Sweatt Marden).
Komentar
Posting Komentar