10 desember 2010
Entah hawa apa ini yang membuatku ingin mencurahkan segenap rasa yang –seperti biasa- tak tersampaikan pada sasaran. Memang tak ingin aku sampaikan. Di sela meregangnya otot paha dan otot lenganku yang berasa “ngrememeh” (-bahasa jawa- belum ditemukan padanannya dalm bahasa indonesia). Udara malam bercampur tubuh lelah membangkitkan hawa “nggreges” (kedinginan).
Dalam diam pikiranku jauh menyelami alam indah itu. Alam yang hanya terasa ketika mata ini terpejam. Alam dimana kita bisa mewujudkan apa yang kita inginkan. Ada satu zona terindah dalam alam itu. Zona pemancar energi. Zona yang memiliki radar yang ketika mengunci sasaran maka akan tersalurkan menjadi degupan kencang. Degupan di pusat tubuh kita. Tepatnya di organ dalam dada kiri manusia. Yah, rasanya tak terbendung saat radar menangkap sosoknya. Bagai Tak jarang menghilangkan kesadaran seseorang. Seperti itulah aku menggambarkan perasaan terindah dua sejoli. We called it “fall in love”.
Kai ini bukan saatya untuk merenungi kesendirian di tatus yang telah mencapai 18 tahun 3 bulan. Belum terpecahka hingga tulisan ini dibuat. Entah sampai kapan. Keinginan buat punya cowo udah di depan mata. Radarku telah menentukan beberapa sasarannya. Masih dalam tahap tertarik. Masih menikmati saat-saat radar mencari sosok foreseed man. Cukup puas dengan hasil radarku. Beberapa foreseed man penggoyah kesadaran.
Radar yang saya pakai adalah radar terhebat di dunia ini. Tak perlu listrik dan teknologi canggih. Tak juga harus dibuang ke luar angkasa karena radar super ini adalah bagian terindah dari tubuh manusia. Bagian favorit yang pertama kali saya lihat dari seseorang. Kita panggil radar dalam keseharian kita sebagai mata. Dua bola terindah di dunia. Mengalahkan keindahan kristal Ruby. Lebih cantik dari sebongkah diamond.
Zona pemilik radar itu kita kenal sebagai heart. Dalam wujud nyata, itu adalah jantung. Dalam wujud abstrak, kita sebut hati. Karena organ hati kita bernama liver dan saya kurang suka menyebutnya sebagai liver. Kita menyebutnya dalam bahas ainggris sebagai herat. Saya lebih suka itu. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia pun akan mucul padanannya yaitu jantung. Apau itu, bagi saya “hati” itu abstrak. Tempat perasaan kita bersarang itu hanya ada dalam pikiran kita. Pikiran dimana semangat tumbuh, harapan lahir.
Kembali ke mata. Tak perlu saya sebutkan siapa sosok yang tertangkap radar ini. Dialah pria pembaca, yang mukanya bersinar setelah wudhu, yang akrab dengan kulit bundar. Tentunya pemilik mata yang indah. Tak perlu mencari perhatian di hadapannya. Cukup mencuri pandangannya. Gunakan radar kita. Saat paling menyenangkan dalam hari-hari saya adalah saat mataku dengan bebasnya memandanginya tanpa dia tau. Resikonya pun kecil. Saat ia menyadari tatapan kita, tersenyumlah untuk diri Anda sendiri dan lihat kembali sosoknya (jangan menyia-nyiakan kesempatan). Akan lebih dalam rasa yang muncul (ini yag saya rasakan). Jaga kesadaran Anda. Sesuatu yang berlebihan tidaklah baik.
Tak usah berfikir bagaimana dia pada kita. Tentu jangan dilakukan jika dia sedang bersama pacaranya guys... repot urusannya kalo ketawan. Bisa-bisa balasan yang Anda dapatkan adalah tatapan sinis atau garang karena merasa terusik.
Hanya radar ini andalanku untuk menyalurkan heart beat. Indah bila yang pertama adalah yang terkahir.
Ah. Ngomong apa saya ini.. hanya sebuah rasa yang ingin saya bagi dengan orang lain.
Terima kasih radarku. Kerjamu bagus. Kita lihat hasilnya. The last, Terima kasih tak terhingga pada pencipta radar terindah ini. Allah swt..
Komentar
Posting Komentar