Media di Masa Pemilu
Pers
bisa mendukung seseorang, berdasarkan keyakinan pada suatu ide. Bukan karena
satu golongan atau
karena satu kepentingan. Berdasarkan keyakinan pada suatu ide baik. Contohnya saat konvensi partai Golkar tahun 2004 dan Tempo membuat cover
story ‘Ayo Caknur’ karena sesuai dengan nilai antikorupsi, pluralism. Kita tahu
caknur tidak akan menang dalam konvensi itu. Kita menganggap caknur penting
ikut konvensi. (Budi Setyarso, Tempo).
Pemilu legislatif 2014 lalu, kita angkat 11 caleg yang dianggap baik. Kita yakini memiliki kriteria
antikorupsi, tegakkan HAM dan pluralisme. Kita tulis dalam laporan utama. Sebagian
besar mereka tidak terpilih dalam pemilihan. Kita anggap calon bagus itu yang seperti mereka. Walaupun akhirnya hanya 2 atau 3 yang terpilih.
Pers menulis segala hal yang perlu diketahui oleh public tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam pemilu. (Budi Setyarso)
Tujuannya
masyarakat memiliki informasi yang kuat dalam menentukan pilihan. Kita ambil
sikap untuk tidak netral. Dari berbagai tulisan edisi Prabowo, kita menyajikan
argumentasi, tulis opini dari track record dan retorika yang diberikan,
masyarakat bisa menilai apakah ini sekedar jargon atau bisa dipercaya. Aburizal
bakrie. Semua berita yang kita tulis, basisnya adalah independen, tidak memihak
berdasarkan golongan tetapi pada nilai. (Budi Setyarso, Tempo).
Pemilu kali ini ada kasus yang mengusik kerja para jurnalis. Korannya
Golkar
tapi baik sama Jokowi.
Pimrednya diancam, kalo tidak loyal, silahkan mengundurkan diri. Redaksi vivanews.com
akhirnya pada mengundurkan diri sebelum ayam berkokok. Sekarang pers sudah maju
dalam dua hal. Wartawannya cerdas. Pers banyak melahirkan
informasi yang bagus. Redaksinya oke. Pembacanya nih, meragukan. Percaya sama
pers bagus atau pers jelek. (Wimar Witoelar)
Studi
efek kampanye terhadap preferensi orang untuk memilih. Adakah efek? Ternyata kampanye ngga ada efeknya di Amerika. Orang
sudah punya predisposisi. Kalo kulit
putih, protestan, akan republikat. Katolik, tinggal di utara, akan jadi demokrat. Lebih ke
orientasi kandidat. (Philips Vermonte)
Berdasarkan pengamatan Indonesian Institute, monitoring media selama kampanye tanggal 16 maret-12 April 2014. Kompas, MI, Sindo,
vivanews, dst. berebut
soal lembaga survey. Hasil monitoring, berita tentang survey dan lain-lain hanya
berpengaruh 2% terhadap preferensi pemilih.
Pemilih kita sebagian besar bukan kelas menengah. Masyakat dengan tingkat pendidikan di bawah 9 tahun
lebih dari 50 persen. Kita tidak punya studi establish tentang efek media
terhadap preferensi. Agregat, paling banyak mendapat berita selama pemilu 2014 adalah PDIP
sebanyak 26 persen disusul Parta Demokrat
13 persen
dst. Artinya, makin banyak dapet berita, opini tergalang. Ternyata perolehan
suara Wiranto
dan Hanura
kecil hanya enam persen.
Masyarakat
makin cerdas atau pemberitaan
secara gencar di media tidak berefek? (Philips Vermonte).
Kemenangan PDIP ada
banyak faktor. Elektoral dan faktor jokowi. Melihat pemilu 2004, dengan elektabilitas
60 persen,
SBY hanya bisa menang 20
persen suara. Sementara jokowi dengan elektabilitas 30 persen mungkin dibawah
itu. PDIP menang karena mesin politik di bawah. Menang di Jawa Barat peringkat
dua. Di Sumatera
Utara kemudian di Bali hanya selisih
beberapa ratus suara. PDIP menang tapi
kaya orang kalah pemilu saat 9 April lalu. Sebuah partai opisisi 10 tahun, 2
periode itu militansi kader dan simpatisan. Naik suara 5 persen setelah jadi
oposisi dan kalah dua periode merupakan prestasi electoral. Dari 2009 naik dari 14% kemudian menjadi 19% pada 2014. (Philips Vermonte)
Independensi harus dijaga selama Pemilu. Kesalahan-kesalahan dihindari dengan menjalankan prinsip jurnalisme yaitu konfirmasi dan verifikasi.
Konfirmasi setelah berita diterbitkan. Kita sampe nginep, tungguin rumahnya,
tidak pernah via sms atau telepon. Secara prinsip pemberitaan benar, kita tidak
takut pengadilan. Kita tidak takut kalah dengan pengadilan yang korup. Jangan
tonton berita hanya dari satu stasiun televisi. Berkah tertinggi keebasan pers
adalah mendapat informasi dari berbagai sumber. Bisa mendapat banyak informasi. (Budi Setyarso).
-Seminar Nasional - BOE Economica FE UI Jurnalist Day 2014-
Komentar
Posting Komentar