Jurnalisme Kursi Panas
Terdapat garis pemisah yang jelas antara newsroom dan iklan. Kebijakan redaksi, kami diberi kesempatan kembangkan kebijakan sendiri. Ada pula jarak antara pemilik dengan news room. Pertarungan wacana di dalam news room sangat beragam. Para penentu
berita turun atau tidak berasal dari banyak kalangan atau politik. Ada yg
bersimpati pada PDI, PAN, Golkar, semua ada. Jika ada satu isu dikupas, ada 10
kepala member tanggapan dan arahan. Sehingga bagaimana membuat frame dari
berita itu. Di ruang newsroom manapun, keterpengaruhan pemilik itu da. Bisa
dikurangi dengan keberagaman newsroom. Apa yang terjadi di tvone, metro tv
adaah keberagaman adalah jaminan keberagaman media. (Eddy Hidayat, Metro TV)
Independensi media merupakan isu krusial selama pemilu 2014. Independensi
media merupakan syarat adanya independensi media. Iklan Sindo menunjukkan
dengan sangat baik bagaimana WIN-HT. Iklan politik untuk kepentingan pemilik sindo dan
RCTI sangat besar. Media cetak, bandingkan MI (surya paloh) dan Rakyat Merdeka
(Dahlan Iskan) berpihak pada pemiliknya. Iklan TVone lebih banyak siarkan ARB dan Golkar. Trans secara umum tidak berpihak.
Selain news, ada advertorial. Di TV ONE berita tidak terlalu banyak. Tapi iklan
sangat banyak ARB. TV ONE 15 spot per hari. Metro TV
Surya Paloh 20 spot per hari.
SCTV cenderung Jokowi. Keterseringan munculnya caleg atau parpol belum tentu
menujukkan keberpihakan. Tergantung tone nya. Jokowi sering muncul tapi tone
nya negative. Di Metro TV, Nasdem adalah paling
banyak diberitakan dengan nada positif.
Independensi dengan impersialitas (keberimbangan) berbeda. Trik MNC TV adalah dengan
memberitakan tone negative lawan. AJI paling direpotkan dengan pemilu. Sudah
melawan korban, sekjen baru saja bersimpang jalan dengan vivanews. Iklan Jokowi disiarkan di
vivanews terus semua dipecat. Usaha AJI menjaga sebagai organisasi.
Awal 2011 diminta Surya Paloh hidupkan Tabloid Prioritas. Berjalan satu-dua tahun. Terpaksa mundur karena diminta
berubah jadi Nasdem Post. Putuskan mundur. Prioritas kembali dibredel oleh pemiliknya
sendiri. Dari pimpinan sampai OB keluar. Dua pemegang saham mundur karena DI
iklan tanpa disebut advertorial. Semua anggota AJI tidak boleh terlibat dalam
politik praktis. Penyelenggara juga harus mundur. Salah satu, di aceh juga
harus mundur. (Mustakim, AJI).
Fungsi media untuk pendidikan politik. Preferensi lebih kuat di
dalam satu organisasi mempengaruhi ideologi. Media sebagai watchdog ada
watchdognya juga. Kan ada KPI dan Bawaslu. Ruang Kontrol kami juga
dikontrol pengontrol lain. Saling mengontrol kesalahan. Beberapa kali dipanggil
KPI. Semacam media TV dewanya ya rating share. Kita ditegur karena rating turun. Naikan rating, munculkan Surya Paloh. Apakah lalu kami salah? Tidak. Karena dikehendaki pemilik untuk
rating. Kami juga merupakan bagian dari industry televisi.
Independensi. Kejahatan paling utama surat kabar dan media masa
adalah ngeblok. Tidak boleh muncul. Data tidak mencerminkan hal tersebut. TV
ONE tidak mengeblok calon lain. Tone negative atau tone positif itu persepsi.
Bagaimana metro tv jaga independensi. Media dikontrol KPI, adlaah masyarakat
dan pengamat.
Bagaimana bisa memisahkan kepentingan politik? Selama 3 bulan, tidak bisa melihat editorial karena penulisnya jadi
caleg. Jurnalis ingin bersentuhan dengan politik, silahkan, tapi tidak masuk
newsroom.
Sugeng Sumarmoto, sudah tidak
aktif karena jadi ketua DPW Nasdem Semarang. Ketika sudah masuk politik
praktis, haram pengaruhi news room. Ada 5 orang selama 3 bulan tidak aktifkan
lagi di news room supaya suci. Di dalam media panglima tertinggi adalah media
redaksi. Redaktur. Banyak pengusaha tidak punya jiwa jurnalistik, tanam uang di
media, hanya kuat tiga bulan. Ternak uang di pers maka akan segera selesai.
Setia pada bisnis, dia adalah seorang jurnalis. (Eddy Hidayat, Metro TV)
AJI adalah jurnalis yang masih percaya bisa independen. Data
terakhir anggota AJI 1800 jurnalis. Professional, independen, tidak terima
suap. AJI, PWI, Pewarta foto. Semangat menciptakan jurnalisme professional.
Masih ada harapan ada jurnalis yang pilih ideologi dibanding pekerjaan. Ardi
membela ayahnya. Sebelumnya, 3 redaktur vivanews sudah mundur.
Konsekuensi ada kepentingan politik. Tidak terima kooptasi
kemungkinan kehilangan pekerjaan. Resiko. Tidak ada satupun media pure
professional. Tidak bisa
dibedakan dari kepentingan ekonomi, politik pemiliknya. Misalnya stasiun tv sebut lumpur Lapindo, sedangkan TV ONE
sebut lumpur Sidoarjo. Penyebab lumpur memang milik Lapindo. Analisa
saling bantah ahli geologi soal kebocoran pengeboran atau gempa bantul. (Mustakim, AJI)
Wartawan umumnya aktivis, seniman, susah dimengerti. Kumal, bau,
gondrong, ngga pernah mandi. Pertentangan ideology dengan bisnis. Wartawan
kompas 1971 karena masuk wilayah bisnis. Jadi wartawan saat ini mulia, cerdas.
IPK 3,2. Bahasa inggris 550. Jadi, kalangan jurnalis adalah cendekiawan yang
akrab dengan filsafat. Masuk GDP akan belajar filsafat seperti room markis. Apa
itu kebenaran. Bagaimana menyembunyikan kebenaran.
Harus menyarikan pertarungan. Padahal setting. Didalam real politik
hal seperti itu juga ada. Kemampuan wartawan bagaimana merasakan mana yang
substansi, tempelan dan lelucon. Elit politik dan pakar 70% lelucon. 10%
substansi, 20% gimik. Kongkalikong goring isu. Sulit jadi jurnalis sekarang.
Pertaruhkan idealism di tengah orang tidak cerdas. (Eddy Hidayat)
-Seminar Nasional-Jurnalisme Kursi Panas-Journalist Day 2014-
Komentar
Posting Komentar