Minggu, 1 Juni 2014, ada satu event seru yang
diadain sama BHHC (Banjoemas History & Heritage Community). Bersamaan
dengan event Purwokerto Bersatu 2014. Di Minggu yang cerah itu, BHHC mengajak
para pecinta jelajah sejarah dan budaya untuk ikut kegiatan ‘Jelajah Kota
Banjoemas’ di kota tua Banyumas. Oya, guide kita hari itu, mas Jatmiko, ketua komunitas BHHC (Banjoemas).
Belum afdol rasanya jadi warga Banyumas kalo nggak tahu dan nggak mau tahu tentang sejarah dan budayanya. Apalagi sejarah tempat yang dulunya menjadi ibukota Kabupaten Banyumas. Banyak orang bertanya-tanya, Purwokerto sama Banyumas itu apa bedanya? Makin kesini memang Purwokerto yang jadi magnet dari Kabupaten Banyumas. Nggak heran juga kalau Banyumas sendiri lama-kelamaan disebut kota tua yang ditinggalkan. Padahal bukti-bukti sejarah awal-mula adanya peradaban di Banyumas ada disana.
Teman-teman peserta yang berksempatan ikut jelajah hari itu ada 16 orang. Sebagian justru berasal dari luar Banyumas. Diantara peserta, ada yang berasal dari Pekalongan mewakili komunitas PHC (Pekalongan Heritage Community). Jelajah hari ini berkeliling buat ‘nguri-uri’ kembali kota tua yang sempat berjaya di masa lalunya. Rutenya : kompleks pendapa dulikat Si Pandji-Masjid Sulaiman-Pecinan-Kampung batik kuno Banyumasan-Batik HP-Kepangeranan-Karesidenan-Prasasti banjir 1863.
Kita start jam 07.00, meeting point di pendapa duplikat si Panji. Letaknya ada di sebelah utara alun-alun Banyumas. Sebelumnya, peserta dibekali peta (hoofdplaats) Van De Residentie Banjoemas atau peta Banyumas tahun 1920 *ini keren. Berasa detektif Sherlock Holmes versi peng'inyong'an.
Nah, dari meeting point aja udah perlu ditanyain. Tempat yang sekarang dipakai untuk kantor kecamatan Banyumas ini, dulunya adalah simbol ibukota Kabupaten Banyumas. Kenapa disebut Pendapa Duplikat? karena pendopo aslinya udah dipindahkan ke Purwokerto, seiring dengan pindahnya ibukota Kabupaten Banyumas ke Purwokerto pada tahun 1937. Setelahnya, Bupati yang menjabat saat itu, Soedjiman Gondoseobroto turut pindah ke Purwokerto. Pendapa Si Panji sekarang tepatnya ada di utara alun-alun Purwokerto.
Pendapa duplikat ini sarat makna sejarah dengan arsitektur Belanda-Jawa. Di kompleks pendapa ini ada beberapa bangunan lain seperti tempat tinggal keluarga Bupati, sumur mas, gedung logistik, dan tempat tinggal juru masak.
Sekilas nama Banyumas, ternyata cikal-bakalnya pun berkaitan dengan pendapa Si Pandji. Kayu tembaga yang digunakan sebagai tiang pendapa konon diperoleh dari kayu yang hanyut di sungai yang airnya (dalam bahasa Banyumas yaitu 'banyu') berwarna emas. Selain itu, di belakang pendapa ini, terdapat sumur mas yang menurut kepercayaan warga, kadang mengeluarkan air berwarna emas. Menariknya juga, soal pemindahan pendapa ini.
Pernah denger soal pemindahan pendapa beserta pilar-pilarnya butuh perjuangan karena kepercayaannya ngga boleh menyebrangi sungai serayu? Nah, kebayang kan, para abdi yang turut membawa tiang-tiang dari kayu tembaga ini harus berjalan kaki memutar ke arah utara (Pekalongan) lalu kembali ke selatan menuju Purwokerto. ==>Lanjut part II
Belum afdol rasanya jadi warga Banyumas kalo nggak tahu dan nggak mau tahu tentang sejarah dan budayanya. Apalagi sejarah tempat yang dulunya menjadi ibukota Kabupaten Banyumas. Banyak orang bertanya-tanya, Purwokerto sama Banyumas itu apa bedanya? Makin kesini memang Purwokerto yang jadi magnet dari Kabupaten Banyumas. Nggak heran juga kalau Banyumas sendiri lama-kelamaan disebut kota tua yang ditinggalkan. Padahal bukti-bukti sejarah awal-mula adanya peradaban di Banyumas ada disana.
Teman-teman peserta yang berksempatan ikut jelajah hari itu ada 16 orang. Sebagian justru berasal dari luar Banyumas. Diantara peserta, ada yang berasal dari Pekalongan mewakili komunitas PHC (Pekalongan Heritage Community). Jelajah hari ini berkeliling buat ‘nguri-uri’ kembali kota tua yang sempat berjaya di masa lalunya. Rutenya : kompleks pendapa dulikat Si Pandji-Masjid Sulaiman-Pecinan-Kampung batik kuno Banyumasan-Batik HP-Kepangeranan-Karesidenan-Prasasti banjir 1863.
Pendapa Duplikat Si Pandji (1/6/2014) tampak depan |
Kita start jam 07.00, meeting point di pendapa duplikat si Panji. Letaknya ada di sebelah utara alun-alun Banyumas. Sebelumnya, peserta dibekali peta (hoofdplaats) Van De Residentie Banjoemas atau peta Banyumas tahun 1920 *ini keren. Berasa detektif Sherlock Holmes versi peng'inyong'an.
Nah, dari meeting point aja udah perlu ditanyain. Tempat yang sekarang dipakai untuk kantor kecamatan Banyumas ini, dulunya adalah simbol ibukota Kabupaten Banyumas. Kenapa disebut Pendapa Duplikat? karena pendopo aslinya udah dipindahkan ke Purwokerto, seiring dengan pindahnya ibukota Kabupaten Banyumas ke Purwokerto pada tahun 1937. Setelahnya, Bupati yang menjabat saat itu, Soedjiman Gondoseobroto turut pindah ke Purwokerto. Pendapa Si Panji sekarang tepatnya ada di utara alun-alun Purwokerto.
Pendapa Duplikat Si Pandji (1/6/2014) |
Pendapa duplikat ini sarat makna sejarah dengan arsitektur Belanda-Jawa. Di kompleks pendapa ini ada beberapa bangunan lain seperti tempat tinggal keluarga Bupati, sumur mas, gedung logistik, dan tempat tinggal juru masak.
Sekilas nama Banyumas, ternyata cikal-bakalnya pun berkaitan dengan pendapa Si Pandji. Kayu tembaga yang digunakan sebagai tiang pendapa konon diperoleh dari kayu yang hanyut di sungai yang airnya (dalam bahasa Banyumas yaitu 'banyu') berwarna emas. Selain itu, di belakang pendapa ini, terdapat sumur mas yang menurut kepercayaan warga, kadang mengeluarkan air berwarna emas. Menariknya juga, soal pemindahan pendapa ini.
Pernah denger soal pemindahan pendapa beserta pilar-pilarnya butuh perjuangan karena kepercayaannya ngga boleh menyebrangi sungai serayu? Nah, kebayang kan, para abdi yang turut membawa tiang-tiang dari kayu tembaga ini harus berjalan kaki memutar ke arah utara (Pekalongan) lalu kembali ke selatan menuju Purwokerto. ==>Lanjut part II
Kompleks bangunan pendapa duplikat Si Pandji |
Sumur Mas *sayangnya wujudnya udah berkeramik |
kalan ada napak tilas lagi BHHC ..
BalasHapuskalan ada napak tilas lagi BHHC ..
BalasHapus