Lanjut, kita menyusuri kompleks yang dihuni keturunan Cina atau tiongkok. Kawasan ini dikenal sebagai pecinan. Selama menyusuri jalan, banyak dapet cerita tentang sejarah Cina Vs Belanda di Jawa, khususnya Banyumas. Orang-orang Tiongkok datang lebih dulu sebelum Belanda. Orang Tiongkok datang dengan maksud baik yaitu untuk berdagang. Beda dengan Belanda yang datang untuk menjajah dan menguasai.
|
Salah satu rumah bekas pengusaha batik |
|
Sisa kejayaan pecinan |
Makanya, jejak Cina di lokasi ini cuma terlihat dari rumah-rumah bekas penguasa milik keluarga Ong. Rupa dari penduduk setempat pun udah lebih ke jawa karena udah bercampur antara lelaki Cina dan wanita jawa. Selain itu, ada satu kelenteng sebagai tempat ibadah Tinghoa. Kini, rumah-rumah tua disini hanya ditinggali oleh orang seusia kakek atau nenek kita. Soalnya anak-anaknya lebih memilih buat merantau.
|
Bekas pengusaha batik *arsitekturnya bagus, masih terawat |
|
Bekas pengusaha batik |
Lain halnya dengan Belanda. Mereka datang untuk menguasai, maka banyak jejak untuk membuktikan kekuasannya. Mulai dari gaya arsitektur, bangunan pemerintahan, pabrik, jembatan dan lainnya. Sampai-sampai kolonial pun lebih dikenal dibanding bansa Cina atau pecinan yang lebih dulu datang. Menariknya lagi, orang-orang Cina yang udah keluar dari negara Cina, ternyata sedikit yang kembali ke negaranya karena dianggap telah melupakan dan meninggalkan leluhur.
Keberadaan pecinan disini pun ternyata erat kaitannya dengan batik. Orang Cina identik dengan berdagang dan pengusaha, begitu juga pecinan disini. Dulu, hampir seluruh rumah disini memiliki usaha batik. Batik pecinan dikenal dengan motif Hong yaitu burung atau kupu-kupu. Sementara motif Jawa lebih berpola seperti motif parang. Adanya Belanda pun mempengaruhi corak batik disini. Belanda khas dengan corak batik bernuansa alam seperti tanaman dan hewan.
Dari sekian banyak pengusaha batik yang tinggal sejarah, ternyata masih ada satu pengusaha yang berhasil eksis sampai saat ini. Orang Purwokerto-Banyumas pasti kenal batik HP atau batik Hadi Priyanto. HP dikenal sebagai produsen batik khas Banyumas yang jadi oleh-oleh wajib penyuka batik. Lokasinya ada di Jl. Mruyung No.46, Banyumas. *Akhirnyaa, terjawab juga rasa penasaran berkunjung ke sentra batik khas Banyumas, dan langsung ke yang paling terkenal yaitu Batik HP.
|
Batik Hadi Priyanto (HP), Jl. Mruyung No.46, Banyumas |
Sesampainya disana, kita disambut ramah oleh pemilik batik HP ini, yaitu Slamet Hadi Priyanto, keturunan kedua dari Hadi Priyanto. Sosoknya sangat-sangat sederhana. Masih terlihat rupa keturunan Cina. Pak Slamet menjelaskan mulai dari pertama kali adanya pembatik di wilayah Banyumas. Batik Banyumas awalnya dibawa oleh bangsawan Belanda, Van Osteron, yang membudayakan masyarakat Banyumas untuk membatik. Maka, sampai saat ini pun motif batik Belanda masih melekat dan terlihat berbeda dari batik Jawa aliran Solo. Batik corak Belanda didominasi alam (burung, tanaman, hewan) dan lebih bercerita.
Kenapa batik motifnya bisa sangat beragam dan berbeda antara Batik Cirebon, Solo, Pekalongan, Banyumas, dan lainnya? Batik membawa karakteristik daerah dimana batik dibuat sesuai dengan kondisi geografis dan budaya setempat, begitu kata Pak Slamet.
|
Alat mbatik |
Batik HP berdiri sejak 1957. Batik yang dihasilkan mulai dari batik klasik atau batik tulis, batik cap dan batik lukis. Beruntungnya kita, karena diajak masuk ke dalam, tempat para pembatik bekerja. Pembatik (tulis) disini rata-rata usianya lebih dari 40 tahun. Pak Slamet pun mengutarakan kegundahannya kalau generasi ini adalah generasi terakhir pembatik. Siapa lagi yang mau membatik dan menjaga warisan budaya ini?
Terlebih lagi, batik klasik saat ini bersaing dengan industrialisasi. Hal ini juga diakui oleh peserta jelajah yang berasal dari pekalongan. Kota yang dikenal sebagai sentra batik. Batik sekarang arahnya ke industri yang mengarah pada hasil yang lebih cepat, murah, dan produksi massal. Namun nilainya jadi berkurang. Pada dasarnya, menurut Pak Slamet, membatik itu ya melukis, melukis ya menggunakan kuas (canthing).
|
Batik tulis |
|
Batik tulis, semoga ibu ini bukan generasi terakhir pembatik tulis |
|
Batik berkembang ada batik cap |
KPAA Ganda Subrata yang sempat menjabat Bupati Banyumas (1913-1933) mempopulerkan batik motif ayam puger tahun 1950an. Motif ayam puger kini dikenal menjadi motif khas Banyumas.
|
Ini dia batik-batik yang dibuat di HP, corak dan motifnya beragam |
Komentar
Posting Komentar